Inspirasi dari Ayah

Bacaan 3 menit

Jika saya bilang "Ayah adalah sosok superhero luar biasa", siapa yang setujuuu??

Alhamdulillah yang setuju, saya asumsikan bahwa hubungan kalian dan ayah berjalan dengan baik hehe.

Tentu Warga sepakat, selain ibu, orang yang berperan akan hadirnya kita ke dunia ini adalah ayah. Saya bersyukur terlahir dari kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayangnya secara murni.

Saya ingin berbagi cerita tentang beberapa poin inspiratif dari ayah saya dan sedang berusaha saya aplikasikan dalam kehidupan berorganisasi.

1. Tepat waktu

Ayah saya adalah tipikal seorang yang “clock oriented”. Beliau sangat menghargai waktu dan paling ga suka dengan keterlambatan. Saya banyak belajar hal ini dari ayah. Sejak TK hingga SMA, saya ga pernah terlambat datang ke sekolah karena beliau selalu mengawasi.

Dulu saya juga tipikal orang yang “clock oriented”, tapi entah kenapa sekarang secara ga sengaja jadi berubah “social time” (capek kena php mulu sama orang yang ngaret). Saya hanya mencoba menyesuaikan dengan lingkungan, meskipun suka sebel juga sih, haha. Sebenarnya masih ada sisa-sisa jiwa “clock oriented” dalam diri ini yang sedang saya usahakan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Saya pernah denger suatu kutipan:

”Menunda rapat karena ada yang terlambat, berarti memberi reward bagi yang terlambat, dan memberi hukuman bagi yang tepat waktu”

Nah lhoo… semoga menjadi pengingat bagi kita semua ya untuk menghargai waktu dan mengusahakan hadir on time dalam setiap agenda.

2. Well organized

Mau cerita, ayah saya bukan tipikal orang yang basa-basi nyuruh ini itu. Dulu waktu kecil, di rumah, saya punya 4 guru. Mama, ayah, dan kedua abang saya. Rame amat? Ya, ayah saya mampu memimpin keluarga dengan baik terutama dalam pembagian tugas untuk ngajarin saya si-anak bungsu-yang-beda-generasi-sama-si-abang. Keterampilan diajarkan oleh mama, menggambar dan ‘main komputer’ diajarkan oleh abang pertama, Bahasa Inggris diajarkan oleh abang kedua, membaca diajarkan oleh kedua abang saya, hitung-hitungan diajarkan oleh ayah, ilmu alam dan sosial saya lebih suka baca sendiri hehe (kalo ga ngerti baru nanya sama orang-orang di rumah).

Meskipun mama adalah ibu peradaban, tapi ayah saya konkret, setiap malam sepulang kerja selalu bantu anaknya belajar. Ga cuma nyuruh “kamu harus pinter ini, bisa baca itu”, tapi turun tangan langsung dalam membelikan buku-buku bacaan sejak saya belum sekolah serta meluangkan waktunya untuk mengajari saya pelajaran hitungan dengan metode yang sangat menarik.

Dari pengalaman tersebut saya jadi berusaha untuk ga omong doang, tapi terjun langsung dalam membantu secara konkret dan mengorganisir setiap pekerjaan dengan baik. 

3. Militan

Meskipun bukan seorang militer ataupun terlahir dari keluarga militer, ayah saya punya sifat yang mungkin bisa dibilang cukup militan. Ayah selalu siap siaga dalam membantu, kapan pun, dimana pun, no wacana, ga php, dan konkret pastinya. Ayah akan melesat cepat, seperti superhero yang diminta mengatasi permasalahan dunia (haha, lebay juga).

Militan, ya kata ini yang saya kenal sejak masuk kampus dan bergabung dengan orang-orang yang menuntut hal ini. Berat bagi saya yang orangnya selow. Namun, saya mulai (terpaksa) patuh ketika ada ‘titah’ dari ‘senior’ dalam sebuah agenda. Karena di rumah, ayah memang tidak menuntut anak-anaknya seperti ini, tetapi saya mengamati sifat ayah dan berusaha untuk mencoba menerapkannya dalam kegiatan organisasi yang saya ikuti. Sebuah ‘tamparan’ kalo lagi khilaf.

4. Kesetiaan

Setia bukan melulu kepada pasangan, meskipun itu salah satunya. Selain memang setia sama mama saya hingga maut memisahkan, ayah juga sangat setia dengan seluruh anggota keluarga. Sebagai the one and only daughter in my family, selain dengan mama, saya juga sangat dekat dengan ayah. Pernah denger ga, katanya kasih sayang ayah kepada putrinya berbeda dengan kasih sayang kepada putranya? Hehe. Berbeda disini bukan dalam artian ga adil, tapi treatment-nya yang beda.

Ya begitulah, saya merasa menjadi seorang putri paling bahagia saat bersamanya. Ga pernah ngecewain. Untuk poin yang ini, kalo di organisasi bisa dibilang “komitmen”. Komitmen dalam menjalankan amanah dari awal hingga akhir dan tentunya ga ilang-ilangan dong :’)

Well, itu sebagian pelajaran inspiratif yang saya dapatkan. Buat Warga yang masih memiliki orang tua, yuk kita maksimalkan berbakti kepada orang tua, dan yang sudah menjadi orang tua, mari tanamkan nilai-nilai baik untuk anak-anak serta keturunan kita kelak.

Semoga bermanfaat :)

Ditulis oleh:
Lily of The Valley
Bacaan 3 menit
Dilihat :
264

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terkait