Kenapa Rumah yang Gak Dihuni Lebih Gampang Rusak?

Bacaan 3 menit

Pak, pasti pernah nemu pemandangan yang sering bikin kita nostalgia sendiri pas ngeliat rumah yang dulu ramai, tapi sekarang pintunya selalu tertutup. Catnya mulai kusam, halaman depan berumput liar, dan jendelanya berdebu tebal. Yang bikin heran, rumah itu sebenarnya nggak kenapa-kenapa. Nggak kebanjiran, nggak kebakaran, nggak juga kena gempa, tapi pelan-pelan rusak sendiri. Dan ini bukan perasaan bapak aja, tapi kejadian yang bisa dijelasin secara ilmiah. Faktanya, Pak, rumah yang gak dihuni justru lebih cepat rusak dibanding rumah yang tiap hari dipakai, diinjek, dibuka-tutup pintunya, dan dihidupi sama manusia. Kedengarannya nggak masuk akal, tapi sains punya penjelasan yang cukup kejam soal ini.

Rumah bukan benda mati, Pak. Kesalahan pertama kita sebagai manusia adalah menganggap rumah sebagai benda mati. Padahal, dalam dunia arsitektur dan ilmu bangunan, rumah adalah sistem hidup, ada sirkulasi udara, ada aliran air, ada perubahan suhu, dan ada reaksi material terhadap lingkungan. Selama rumah dihuni, sistem tadi bekerja. Ada panas tubuh manusia, ada pintu yang dibuka pagi hari, ada jendela yang dibuka sore hari, ada udara yang bergerak karena kipas atau AC. Semua bikin kondisi di dalam rumah relatif stabil. Begitu rumah kosong, sistem tersebut berhenti beroperasi secara alami, tapi alam nggak pernah berhenti bekerja. Justru pas manusia pergi, alam masuk pelan-pelan.

Kenapa Rumah yang Gak Dihuni Lebih Gampang Rusak?

Kelembapan jadi musuh utama. Secara ilmiah, salah satu faktor paling merusak bangunan adalah kelembapan udara yang nggak terkontrol. Rumah kosong sangat rentan terhadap ini. Di siang hari, suhu naik. Di malam hari, suhu turun. Udara panas bawa uap air. Pas suhu turun, uap air jadi mengembun dan menempel di dinding, lantai, dan plafon. Proses ini disebut kondensasi, dan terjadi tanpa suara. Masalahnya, di rumah kosong nggak ada ventilasi aktif, nggak ada udara keluar-masuk, nggak ada panas tubuh manusia, dan nggak ada aktivitas yang ngeringin ruangan. Akibatnya, kelembapan jadi numpuk. Nah, kelembapan ini bukan cuma bikin bau apek, tapi jadi akar masalah lain yang lebih serius.

Waktu-Waktu yang Tepat buat Bersihin Perabotan Rumah Tangga di Rumah

Belom lagi kalo itu rumah tumbuh jamur. Inget pak, jamur bukan makhluk random. Secara biologi, jamur tumbuh di lingkungan yang lembap, minim cahaya, dan sirkulasi udara yang buruk. Rumah kosong memenuhi semua syarat tersebut buat tumbuh dan berkembang lebih cepat. Makanya jangan heran kalau dinding jadi timbul bintik hitam, plafon berubah warna, lemari kayu bau apek, sofa dan kasur berjamur. Jamur ini bekerja pelan tapi konsisten. Dia makan lapisan organik di cat, kayu, dan kain. Lama-lama, kerusakannya bukan cuma visual, tapi struktural. Kayu jadi rapuh, cat mengelupas, dan material jadi lemah.

Kenapa Rumah yang Gak Dihuni Lebih Gampang Rusak?

Inget pak, air yang diam justru lebih ngerusak daripada air yang ngalir. Dalam ilmu fisika fluida dan kimia material, air yang ngalir cenderung aman. Air yang diam? Justru bermasalah. Di rumah yang dihuni, air di pipa rutin dipakai, tekanan jalan, endapan mineral ikut terbawa, karet dan seal tetap lentur. Di rumah kosong, air di pipa ngendap bawa mineral yang nempel, bikin pipa logam mulai berkarat, dan karet seal mengeras. Hasilnya, keran macet, pipa bocor halus, saluran air bau, WC bermasalah pas pertama kali dipakai lagi. Kerusakan ini sering baru ketahuan pas rumah mau dihuni ulang. Padahal proses rusaknya udah terjadi sejak lama.

Struktur bangunan juga butuh aktivitas. Ini bagian yang jarang disadari, Pak. Bangunan itu mengalami yang namanya micro-movement. Gerakan sangat kecil akibat perubahan suhu, tekanan udara, dan kelembapan. Saat rumah dihuni, ada aktivitas manusia yang secara nggak langsung bantu menyeimbangkan pergerakan ini. Ada beban tubuh, getaran kecil, sampe perubahan tekanan yang natural. Pas rumah kosong, struktur bangunan mengalami perubahan suhu ekstrem tanpa kompensasi. Siang panas, malam dingin. Terus berulang. Akibatnya muncul retakan rambut di dinding, nat keramik renggang, dan plafon mulai melengkung. Bukan karena bangunannya jelek, tapi karena dia kerja sendirian ngelawan alam.

Hama juga jadi salah satu penyebabnya. Dalam ekologi, hewan kayak tikus, rayap, dan kecoa sangat peka terhadap lingkungan yang aman. Rumah kosong adalah tempat ideal, tenang, hangat, dan minim gangguan. Rayap mulai makan rangka kayu, tikus bikin sarang di plafon, dan kecoa berkembang biak di dapur. Karena nggak ada manusia, populasinya tumbuh tanpa kontrol. Begitu rumah dihuni lagi, kerusakan udah telanjur parah. Kayu habis, kabel digigit, dan bau tinggalan hama sulit hilang.

Checklist Maintenance Rumah dan Kendaraan sebelum Tahun Baru

Makanya, pas rumah dihuni, sebenarnya kita lagi ngerawatnya tanpa sadar. Pintu dibuka, engsel bergerak. Jendela dibuka, rel nggak macet. Lampu dinyalakan, listrik jalan. Lantai diinjak, kelembapan berkurang. Dan yang paling penting, kerusakan kecil langsung kelihatan. Retak dikit, bocor dikit, bau aneh dikit, langsung terasa. Di rumah kosong, semua dibiarin sampai kerusakan jadi besar dan mahal. Jadi kalau bapak punya rumah kosong, entah rumah lama, rumah warisan, atau properti investasi, sesekali datengin, Pak. Buka pintunya, hirup udaranya, nyalain airnya, hidupin lagi rumahnya. Karena ternyata, menurut sains dan pengalaman hidup,
rumah juga butuh kehadiran manusia buat tetap bertahan.

Ditulis oleh:
Atun Gorgom
Bacaan 3 menit
Dilihat :
8

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terkait