
Ingat ya Pak, pendidikan seksualitas bagi anak bukan lagi harus dimaknai sebagai hal yang tabu. Apalagi di tengah santarnya perkembangan media digital saat ini yang kerap bermuatan konten-konten yang tidak ramah bagi anak dan sarat dengan unsur pornografi yang mirisnya dapat dengan mudahnya diakses oleh anak-anak.
Hadirnya tontonan di berbagai media yang marak disisipi dengan adegan seperti berpelukan dengan lawan jenis, berciuman maupun berhubungan badan (seks bebas) juga semakin merisaukan. Di tambah lagi kecenderungan saat ini, banyak anak sejak kecil sudah candu main hp karena banyak anak seusianya yang juga melakukan hal serupa atau karena sudah dibiasakan main hp sejak kecil. Misal sebagai bentuk pengalihan orang tua ketika sedang repot. Mirisnya lagi seringkali anak-anak bermain hp yang tersambung internet di hp orang tua mereka dan tanpa atau minimnya pengawasan dari orang tua. Tak ayal, potensi anak untuk terpapar unsur-unsur yang tidak ramah bagi mereka semakin terbuka lebar.
Faktanya kasus pelecehan maupun kekerasan seksual yang menimpa anak, baik sebagai korban maupun pelaku juga tak sedikit Pak. Misalnya kasus yang belum lama terjadi yakni pemerkosaan terhadap anak TK (perempuan) berusia 6 tahun yang dilakukan oleh 3 anak SD (laki-laki) usia 7-8 tahun di Mojokerto, Jawa Timurr. Sangat miris kan Pak? Maka dari itu, sudah tak relevan lagi sekiranya pendidikan seksualitas bagi anak dianggap sebagai hal yang tabu. Pasalnya kekerasan seksual dapat terjadi dimana pun, kapan pun dan oleh siapa saja. Sehingga pendidikan seksualitas sangat perlu untuk dikenal dan ajarkan kepada anak sedini mungkin serta harus menjadi perhatian bagi semua elemen masyarakat khususnya orang tua atau keluarga dan lembaga pendidikan. Ya tentunya materi yang disampaikan juga harus disesuaikan dengan tingkat usia dan pemahaman anak ya Pak.
Berikut materi pendidikan seksualitas yang dapat diajarkan kepada anak sesuai dengan kategori usianya dilansir dari berbagai sumber.
Usia 0-3 tahun
Mengenalkan nama-nama anggota tubuh, termasuk Ms V dan Ms P dengan nama asli organ tersebut yaitu dengan mengajarkan bagian mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain, mengenalkan batasan aurat seperti anggota tubuh mana saja yang harus ditutup dan tidak boleh dilihat atau disentuh orang lain, serta menanamkan rasa malu sejak dini misalnya memakai handuk setelah keluar dari kamar mandi, tidak mengganti pakaian di tempat umum, dan sebagainya.
Gimana Cara yang Tepat buat Ngajarin Anak Bilingual Tanpa Khawatir Speech Delay
Usia 4-5 tahun
Mengajarkan nama-nama anggota tubuh eksternal dan internal beserta fungsinya, berikan pemahaman anggota tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat atau disentuh orang lain, dan tetap ingatkan batasan aurat serta tanamkan rasa malu.
Usia 6-8 tahun
Di usia ini Bapak dapat mengajarkan anak soal bagian-bagian atau anatomi tubuh dan privasi misalnya soal anggota tubuh dan fungsinya, bagian mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain kecuali dalam kondisi tertentu misalnya ketika sakit oleh dokter, memberikan pemahaman tentang sentuhan yang baik, buruk dan membingungkan anak. Selain itu, memberikan gambaran terkait perbedaan organ tubuh dan alat vital antara laki-laki dan perempuan misalnya dengan menggunakan gambar-gambar yang mudah dipahami anak, menanamkan rasa malu pada anak sejak dini misalnya seperti batasan ketika bermain dengan lawan jenis, mengetahui batasan aurat misalnya seperti tidak mengganti pakaian di tempat umum dan lainnya sehingga anak dapat lebih mencintai dan menghargai tubuhnya sendiri. Bapak juga bisa menjelaskan kepada anak soal pubertas (ciri-ciri, apa saja yang akan terjadi dan sebagainya). Hal ini perlu sebagai bekal persiapan sebelum anak benar-benar mengalami masa pubertas.
Usia 9-11 tahun
Belajar mengenai anatomi tubuh, hak tubuh dan kesehatan reproduksi, yakni dapat diberikan pemahaman tentang fungsi dan cara kerja anggota tubuh misalnya hukum pubertas dan usia balig serta ajarkan anak untuk berani melapor pada orang dewasa misalnya orang tua dan guru apabila mendapat sentuhan-sentuhan yang tidak tepat. Serta dapat pula anak diberikan pemahaman atau diskusi mengenai perubahan pubertas yang mereka alami. Mengingat masa pubertas setiap anak berbeda-beda, di mana masa pubertas pada perempuan dapat terjadi pada usia 8-13 tahun dan laki-laki usia 9-15 tahun atau menurut WHO pada rentang usia 10-19 tahun (masa remaja awal: 10-13 tahun, masa remaja tengah: 14-16 tahun dan masa remaja akhir: 17-19 tahun).
Usia 12-18 tahun
Belajar mengenai kesehatan reproduksi, dampak perbuatan menyimpang (seks bebas, kekerasan seksual dan lainnya) serta cara melindungi diri yaitu ajak anak untuk memiliki assertive skill (ketegasan) seperti kapan harus berkata tidak, melatih bela diri dan sebagainya. Selain itu, umumnya di usia ini anak mulai tertarik dengan lawan jenis, maka Bapak bisa mendiskusikan soal cinta, keintiman dan batasan dengan lawan jenis. Sebagai referensi bagaimana memberikan pengajaran pada anak yang baik dikutip dari buku Pendidikan Anak dalam Islam 'Tarbiyatul Aulad fii Islam', Dr. Abdullah Nashih Ulwan mengungkapkan bahwa metode pendidikan yang dapat membentuk anak terdiri dari 5 cara yakni pemberian keteladanan, pembentukan kebiasaan, pemberian nasihat, perhatian dan pengawasan serta pemberian hukuman.
Menghadapi Anak yang Mulai Memasuki Pubertas
Ingat Pak, pendidikan seksualitas bagi anak bukanlah hal yang tabu, terlebih di tengah kondisi saat ini. Dari pada anak harus tahu sendiri, lebih baik Bapak dan Ibu yang memberitahu lebih dulu agar anak tak salah jalan yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain.