Yang Gak Banyak Orang Tau Soal Banjir Sumatera

Bacaan 3 menit

Banjir besar yang melanda Sumatera beberapa waktu terakhir bukan cuma soal air tinggi atau rumah yang terendam. Di sosial media, warga yang masih sempat nyalain HP dengan sisa baterai cerita hal yang jauh lebih kelam dari yang muncul di berita. Ada banyak hal yang sampai sekarang gak banyak orang tau, bahkan sebagian besar gak pernah sampai ke layar televisi kita di rumah.

Banyak Wilayah yang Belum Tersentuh Evakuasi

Banjir di Tamiang

Foto: BBC

Di berita mungkin keliatannya evakuasi berjalan sesuai perintah. Tapi dari video-video warga, terlihat jelas masih ada kampung yang sama sekali belum terjamah bantuan. Warga kelaparan, kedinginan, gak punya tempat tinggal, dan sama sekali gak dapet listrik, bertahan bermalam-malam cuma dengan makanan seadanya. Bantuan ada, tapi gak semua bisa masuk. Logistik numpuk di posko besar, tapi buat sampe desa isolasi, relawan butuh beberapa transportasi karena akses darat yang udah terputus dan beberapa wilayah yang masih kerendam banjir. Bahkan ada banyak relawan yang gagal masuk karena kondisi jalannya yang sulit dilewatin. Inilah kenapa beberapa kampung yang paling terpencil malah paling lama dapat bantuan.

Banyak Warga Meninggal Bukan Saat Banjir, Tapi Karena Kelaparan

banjir di Sumatera

Foto: Liputan6.com

Ini yang paling menghantam hati, Pak. Beberapa laporan warga bilang, korban justru banyak yang meninggal setelah banjir datang, bukan saat air menghantam, tapi karena kelaparan. Evakuasi lambat, akses tertutup, dan stok makanan habis. Warga yang masih hidup cuma bisa saling bagi sisaan mi instan, tapi itu pun habis dalam hitungan hari. Ada yang bertahan dengan air hujan, ngambil makanan yang masih layak dimakan, dan cara bertahan lainnya yang gak pernah bisa dibayangin sama kita di sini. Ini hal yang hampir gak pernah muncul di berita utama. Tapi suara warga jelas nyebut, “Kami kehilangan orang bukan karena arus deras, tapi karena perut kosong yang gak ketolong.”

Pohon-Pohon Besar yang Hanyut Ternyata Punya Label Perusahaan

Banjir di Sumatera

Foto: IDN Times

Di beberapa unggahan warga dan relawan, mereka menemukan batang-batang pohon besar yang ikut hanyut. Dan bukan hanya pohonnya besar, di batangnya masih ada label perusahaan. Ini bikin pertanyaan besar muncul di publik, "Kenapa di area yang seharusnya jadi penyangga alam justru berdiri tanda-tanda aktivitas industri skala besar?" Dan banyak warga bilang, “Banjir ini bukan cuma karena hujan, Pak. Alam di sini udah lama disakiti.”

Macem-Macem Isi Tas Siaga Bencana yang Warga Kudu Siapin di Rumah

Banyak Binatang yang Ikut Mati, Termasuk yang Seharusnya Tinggal di Habitat Banjir

Biasanya, kalau kita dengar banjir di daerah hutan, kita pikir hewan liar akan lebih siap. Tapi faktanya? Banyak warga nemuin ular, biawak, bahkan binatang rawa lain ikut mati. Ini jadi tanda bahwa banjir ini bukan banjir biasa, bukan sekadar air sungai yang meluap. Ini air yang datang dengan kecepatan, volume, dan kekuatan yang jauh di luar ambang toleransi makhluk liar sekalipun. Hewan yang habitatnya rawa aja gak bisa bertahan, apalagi manusia.

banjir di Sumatera

Foto: Antara

Tamiang Seperti Kota Mati

Daerah Tamiang jadi salah satu yang paling banyak dibicarakan di media sosial. Warga yang berhasil sampe ke sana ngegambarin satu hal yang sama kalo Tamiang saat ini udah kayak kota mati, kota zombie. Jalanan penuh lumpur, kendaraan berserakan, dan yang paling bikin pilu bau mayat tercium dari berbagai arah. Bukan hanya dari manusia, tapi juga hewan ternak yang ikut terseret. Atmosfernya bukan lagi zona bencana, tapi kayak kota yang ditinggalin warganya sampe bener-bener kosong.

Banyak Warga Kehilangan Kontak Total

Sinyal hilang hampir di seluruh area terdampak. Beberapa warga cuma bisa nyari titik tertentu di bukit buat dapat satu bar sinyal dan ngirim satu pesan singkat buat kasih tau keluarganya di luar daerah kalo mereka masih selamat. Bahkan banyak warga juga yang menyarankan keluarganya segera dibawa keluar dari Tamiang karena kondisinya bener-bener udah gak kondusif. Keluarga yang masih bisa komunikasi bisa dibilang beruntung, karena komunikasi di sana bener-bener terbatas banget.

Banjir di Sumatera

Foto: BMH

Air Surut Bukan Berarti Selesai

Banyak warga yang berpendapat kalo banjir yang terjadi udah kayak tsunami kedua yang mereka rasain, bahkan lebih parah. Kalo tsunami beberapa tahun lalu air kembali lagi ke laut, nah banjir yang ini justru nyisain lumpur yang bikin lumpuh tiap sudut kota. Rumah-rumah warga udah gak bisa lagi diselametin karena udah nyatu sama tingginya lumpur, akses jalan bener-bener gak bisa dijangkau, korban seolah-olah hilang ketimbun lumpur yang dateng. Makanya kenapa, bencana sekarang dibilang lebih parah dari tsunami beberapa tahun silang.

Belajar dari Bencana di Sumatera, Apa yang Bisa Kita Bekalkan ke Anak-Anak Kita?

Dari banyaknya hal yang terjadi di sana, rasanya jelas kenapa banyak warga yang mempertanyakan status bencana tersebut gak diubah jadi bencana nasional. Karena kalo ngeliat banyaknya korban udah lebih dari 800 orang, lebih banyak dari korban di negara-negara tetangga yang statusnya udah jadi bencana nasional. Ini juga jadi perhatian lebih, soalnya jarang bener info yang begini tayang di tv, padahal saudara-saudara kita beneran butuh bantuan di sana.

Ditulis oleh:
Atun Gorgom
Bacaan 3 menit
Dilihat :
5

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terkait