Pengalaman pertama naik gunung selalu jadi cerita menarik buat saya. 2014 adalah awal pendakian yang gak akan bisa saya lupain dengan segala jenis cerita, termasuk cerita horor yang lekat sekali dengan hutan.
Awalnya semua biasa aja. Pendakian ini dimulai dari jalur Salabintana, jalur terpanjang dan terlama dari semua jalur menuju Gunung Gede. Rombongan kecil saya cuma enam orang, termasuk saya yang waktu itu masih pemula dalam urusan gunung. Cuaca cerah, udara sejuk, perjalanan cukup terjal, dan cuma ada kelompok saya dan dua orang lain di belakang yang kemudian bergabung. Untuk pendakian pertama ini, wajar sekali kalo saya sering bertanya kapan sampai, kapan sampai. Walopun sering dijawab bercanda, tapi kami menikmati perjalanan tersebut.
Suara Hantu yang Baru Pertama Kali Saya Dengar dan Semoga Jadi yang Terakhir
Setelah 12 jam perjalanan, kami tiba di Lembah Suryakencana saat magrib. Kabut mulai turun, suhu langsung jatuh, badai mulai dateng dan suasananya berubah cepat. Tenda-tenda yang berdiri seolah-olah gak bisa denger suara kami yang berulang kali minta pertolongan di tengah badai. Jam 8 malam, akhirnya ada pendaki yang menolong saya dan tim untuk mendirikan tenda dan berteduh sejenak. Malam mencekam mulai terlewati, setelah ganti baju dan makan malam, kami akhirnya istirahat.
Esoknya di pagi hari, saya dan beberapa teman lainnya bagi-bagi tugas, ada yang masak, beresin tenda, dan mengambil air di sumber mata air. Saya dan dua teman saya mengambil bagian untuk ngambil air di mata air yang jaraknya lumayan jauh dari tenda kami. Di perjalanan menuju sumber mata air, kondisi masih baik-baik aja. Tapi saat saya dan teman-teman mau kembali ke tenda, inilah part menegangkannya. Jalur dari tenda ke sumber mata air terlihat cukup jelas, lurus kemudian menuruni bukit, lalu sampai. Saat kembali ke tenda, justru saya dan teman-teman gak langsung bisa menemukan tenda kami. Di tengah perjalanan menuju tenda, teman saya yang lebih 'sensitif' tiba-tiba berhenti di tengah jalan, membuat kami kebingungan. Tapi kemudian dia mengajak kami melanjutkan perjalanan ke tenda.
Ada banyak tenda-tenda berjejer, kami hapal betul di mana letak tenda kami, tapi tetep aja gak ketemu-ketemu juga. Akhirnya, kami meneriakkan salah satu nama teman kami, tapi gak ada balesan. Detik-detik hampir menyerah, tenda kami akhirnya ketemu juga. Padahal posisi tenda cuma terhalang semak-semak dari tempat kami berdiri, tapi saat ditanya ke teman-teman lain di tenda, mereka bilang tidak mendengar suara apa-apa.
Mencoba berpikir positif, kami lanjut perjalanan ke puncak Gunung Gede dan berkemah di sana. Sialnya, badai datang lagi dan membuat kami semakin kedinginan, hampir hipotermia. Salah satu teman yang ikut saya mengambil air tadi mulai bertingkah aneh, seperti tertawa sendirian, bicara sendirian, dan mulai muntah-muntah. Setelah makan malam, diberi obat, dan dibacakan beberapa zikir, akhirnya teman saya bisa tidur nyenyak.
Besok paginya adalah perjalanan pulang kami dengan melewati jalur Cibodas. Kalo warga udah pernah mendaki ke Gunung Gede, pasti tau jalur Cibodas ini punya spot-spot indah tapi juga mencekam. Selama perjalanan ke basecamp Cibodas, hawa yang kami rasakan tentu semakin gak enak. Terlebih teman kami yang semalam muntah-muntah mulai menunjukkan muka yang 'tidak kami kenal'. Walopun suasananya begitu menyeramkan, kami tetap bercanda, berpikir positif, dan menguatkan satu sama lain agar pikiran tetap terkendali.
Sesampainya di basecamp, teman kami yang kurang sehat akhirnya cerita. Saat di Lembah Suryakencana, kakinya gak bisa bergerak karena di depan kami ada sosok makhluk setengah manusia setengah kuda, kayak makhluk mitologi Yunani, Centaur dengan tongkatnya di tangan. Dia berdiri memperhatikan kami yang sedang berjalan menuju tenda, walopun gak melakukan apa-apa, tapi teman saya terlihat menunduk saat melewatinya. Saya sendiri sempat punya firasat yang kurang enak, saat teman saya tiba-tiba berhenti, ditambah kami yang pada saat itu sulit menemukan tenda kami sendiri.
Bayangan Tinggi Itu Gak Pernah Masuk Rumah, Tapi Selalu Berdiri di Sana
Di luar dari cerita mistis saat pendakian pertama di Gunung Gede tersebut, keindahan alam di sana tetap menakjubkan. Cerita bersama teman-teman seperjalanan tetap bakal dikenang dan gak bikin saya kapok buat explore gunung-gunung lainnya di Indonesia.
