Harga Rumah Pasti Naik??? Eits, Ntar Dulu Pak

Bacaan 2 menit

"Kalau punya uang banyak mending beliin rumah aja, aman, harganya pasti naik". Sebuah nasihat yang rasanya udah ga asing lagi kita dengar, khususnya dari orang tua kita. Yang menjadi pertanyaan nih pak, apa iya nasihat yang sudah kita yakini sebagai suatu kebenaran ini, memang benar adanya? Bisa jadi, pada jaman orang tua kita, nasihat tersebut memang benar, mengingat jaman dulu belum terlalu banyak pilihan tempat tinggal, dan bentuk peradaban masyarakat belum semodern sekarang. Tapi di jaman sekarang ini bisa jadi nasihat itu belum tentu sepenuhnya benar. Kira-kira kenapa tuh pak? Yuk langsung kita bahas satu persatu alasannya.

 

Behaviour Generasi Milenial dan Gen Z

Menurut data dari platform jual beli properti Rumah123.com, pencari properti sekarang ini sudah mengalami pergeseran dari generasi orang tua kita yaitu baby boomers, ke generasi muda Milenials dan juga Gen Z. Kedua generasi muda ini memilik preferensi dan pola tingkah laku yang berbeda dari generasi sebelumnya terutama dalam mengelola keuangan, termasuk keputusan mereka dalam berinvestasi. Salah satu kecenderungan dari generasi muda ini adalah mereka lebih memilih investasi dalam bentuk saham, reksadana, emas, dan ga sedikit juga untuk modal buka usaha sendiri. Selain itu, mereka juga lebih  memilih untuk membelanjakan uangnya untuk berlibur untuk memperkaya pengalaman mereka. Hal ini juga diamini oleh ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) yang menyatakan minimnya minat investasi anak muda di sektor properti. Kondisi ini menyebabkan pasar properti khususnya rumah jadi sepi peminat pak. Bayangin misal bapak dagang di pasar tapi pembelinya sedikit, sementara bapak butuh uang. Apa yang bapak lakuin? Yes, pasti banting harga pak biar menarik peminat.
 

Penjual Lebih Banyak Dibanding Pembeli

Sejak pandemi tahun 2020, banyak orang yang kehilangan penghasilannya. Hal ini memaksa mereka untuk menjual aset yang mereka punya termasuk rumah. Sialnya, kondisi ekonomi di era pandemi juga menyebabkan orang enggan untuk membelanjakan uangnya dalam jumlah besar dan memilih untuk menyimpan uangnya dalam bentuk yang lebih cair seperti cash. Kondisi ini jelas tidak ideal bagi penjual rumah, karena dengan tidak adanya daya beli di masyarakat, rumah yang mereka jual menjadi sulit terjual. Kondisi ini juga bikin jumlah penjual lebih banyak dari masyarakat yang memiliki kemampuan membeli rumah. Dengan kondisi ini, para pembeli memiliki lebih banyak opsi pilihan rumah, sehingga dari sisi penjual rumah, pesaing semakin banyak dan tidak jarang mereka menurunkan harga awal yang mereka patok. Makanya kalo bapak perhatiin, sekarang banyak banget di internet iklan properti khususnya rumah yang obral harga. Bahkan ga sedikit yang buka harga di bawah NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). 

Harga = Kesepakatan Penjual dan Pembeli

Yang namanya transaksi jual beli, harus ada kesepakatan antara penjual dan pembeli pak ( atau bahasa kerennya deal ). Kalau kedua pihak ga sepakat, ga mungkin terjadi yang namanya transaksi. Nah, bisa jadi harga rumah yang mahal dan keliatannya naik itu hanya harga dari sisi penjual, yang artinya harga sebelum adanya kesepakatan atau deal diantara penjual dan pembeli. Sementara kalau udah deal, biasanya ga diumumin tuh pak berapa harganya. Bisa jadi harganya ga setinggi itu.
 
Jadi, jangan gegabah ya pak kalau mau investasiin uang bapak dalam bentuk  rumah. Ga selalu salah juga kok pak kalo invest di properti. Cuma harus dipertimbangin baik-baik ya pak, apalagi kalau cuma berdasarkan apa kata orang. Bisa-bisa uang bapak malah nyangkut, atau bahkan boncos.

Ditulis oleh:
Rizki Muhammad
Bacaan 2 menit
Dilihat :
317

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terkait