Hal Yang Bisa Bapak Perhatikan Ketika Beralih dari Kopi Sachet ke Kopi "Beneran"

Bacaan 3 menit

Beberapa tahun belakangan ini, apalagi semenjak pandemi yang lalu muncul dan banyak mengubah kebiasaan hidup kita, ada beberapa tren atau kebiasaan yang sebelumnya sudah ada bagi sebagian orang, tapi baru akrab bagi sebagian lainnya. Yaitu minum kopi "beneran". Kebanyakan dari kita 'kan kenal yang namanya kopi itu kopi kemasan yang dijual rencengan ya Pak, paling banter kopi botol atau kaleng di minimarket yang siap minum.

 

Nah, kebiasaan baru ini muncul lumayan banyak sejak awal pandemi sampe sekarang, yaitu kopi yang " beneran". Termasuk saya yang saat awal pandemi lumayan nekunin hobi baru ini dan Alhamdulillah sempat jadi sumber pemasukan. Saya ngasih diksi "beneran" karena sebagian orang terdekat saya menyebut begitu, mereka excited ketika melihat saya nyeduh kopi mulai dari nimbang biji kopi, giling pake mesin atau pake gilingan manual, dan mulai mengekstrak kopi dengan macem-macem alat yang saya punya.

 

Sampai hari ini, akhirnya saya dapet beberapa kesimpulan untuk patokan-patokan apa saja sih yang harus diperhatikan kalau bapak-bapak mau mulai beralih dari kopi rencengan ke kopi "beneran" ini.

 

‌Jenis Kopinya

Secara umum, dua jenis kopi yang banyak dijual di pasaran ada dua ya Pak, Robusta dan Arabika. Untuk Robusta, kadar kafein lebih tinggi, cocok untuk Bapak yang butuh suplai kafein, dan yang paling gampang kita identifikasi itu aromanya lebih mengarah seperti kacang, cokelat. Dan ketika kita cicip cenderung lebih seperti cokelat murni, sedikit pahit, dan tekstur cairan kopinya seperti tebel Pak. Sedangkan Arabika, kadar kafeinnya lebih rendah, untuk aromanya beragam Pak, tapi sepengalaman sayah, umumnya beraroma kayak gula merah, ada juga yang kayak bebuahan, bahkan ada yang wangi kayak bebungaan. Setelah diseduh dan dicicip punya karakter yang jarang dimiliki Robusta, yaitu citarasa asem yang lebih terasa, manis juga, apalagi kalo nanti udah terbiasa, bakalan berasa spektrum yang macem-macem.

 

‌Proses Paska Panennya

Kalo tadi bahas Robusta dan Arabika. Kali ini tentang proses paska panennya Pak. Secara umum ada dua, Basah dan Kering. Proses kering biasa disebut natural, kopinya dipetik mateng, dirambang kalo ngambang berarti kurang bagus, yang tenggelem dijemur sampe kering. Punya karakter ketika diseduh menyerupai bebuahan Pak, spektrum rasanya lebih luas, cenderung punya rasa asam sama manis seimbang. Kalo basah, kopinya setelah dirambang, dikupas sampe sisain bijinya doang, terus dijemur sampe kering. Punya citarasa yang lebih kalem Pak, nggak banyak spektrum rasa yang keluar, tapi cukup nyaman buat kopi sehari-hari.

 

‌Cara Seduhnya

Nah ini juga menarik Pak. Kebanyakan kedai kopi pasti menyajikan dua metode seduh kopi ini, ada espresso dan manual brew. Banyak yang akhirnya kecewa ngopi di kedai kopi karena kecele saat milih menu. Sederhananya, espresso itu ekstraksi kopi pake tekanan tinggi Pak, biasanya pake mesin (walaupun ada juga yang manual). Espresso umumnya disajikan dengan volume kecil sekitar 30ml, citarasanya pekat, tebel, lumayan ngagetin kalo gak terbiasa, menu turunannya disebut espresso based kayak cafe latte, cappuccino, dan beberapa menu lain. Untuk metode kedua, ada yang namanya manual brew, diseduh dengan cara manual pake beberapa alat, yang paling umum ada yang namanya V60. Untuk manual brew ini, Bapak seperti sedang melihat pertunjukan dari si barista, karena proses seduhnya cukup memakan waktu sekitar 5 sampai 10 menit untuk satu sajian, tapi Bapak bakal excited ketika lihat proses seduhnya, citarasa kopi yang diseduh metode ini lebih ringan, lebih terasa spektrum citarasanya, dan lebih ramah di lambung Pak.

 

Secara umum, tiga hal itu yang bisa jadi patokan Bapak untuk memulai beralih dari kopi rencengan ke kopi "beneran". Udah banyak kedai-kedai kopi di berbagai daerah, untuk Jakarta sendiri, kedai kopi banyak ditemui mulai dari mall-mall sampe ke dalem gang pemukiman warga karena saking ngetrennya si kopi ini. Boleh dicoba ketika Bapak pertama kali ngopi ya Pak, dateng ke kedai kopi, boleh juga sambil ngobrol sama baristanya selama dia nggak lagi sibuk banget.

Ditulis oleh:
Tri ZS
Bacaan 3 menit
Dilihat :
660

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terkait