Warga pasti sering ketemu orang yang lebih sumringah kalau ditanya mau pergi liburan ke mana daripada ditanya udah nyiapin dana pensiun apa belum. Nah, yang begini bukan cuma kebetulan, tapi emang ada alasan psikologis, ekonomi, dan budaya yang jadi dasarnya.
Uang buat pengalaman bikin bahagia lebih awet
Ada banyak penelitian salah satunya penelitian dari University of Texas yang nunjukkin kalo orang ngerasa lebih bahagia kalau uangnya dipakai buat pengalaman kayak liburan ketimbang buat barang atau bahkan nabung jangka panjang yang gak ada kepastiannya. Experiential purchases cenderung ngasih kepuasan psikologis yang lebih tinggi dan lebih tahan lama dibanding beli barang fisik. Dan kalau dipakai buat liburan keluarga, efek kebahagiaannya bisa ditingkatin lagi karena adanya interaksi sosial, bonding, dan cerita bareng. Jadi, uang yang dipakai buat jalan-jalan sering dianggap investasi emosional, bukan cuma senang hari itu, tapi bikin kenangan dan relasi keluarga jadi lebih erat.
Masa depan yang gak pasti dan kesenangan saat ini
Warga yang ditaraf kelas menengah sering ngadepin dilema, “Apa saya bisa pensiun dengan nyaman?” Sama kayak penelitian terbaru dari Transamerica Institute yang bilang, kalo banyak orang kelas menengah sadar pentingnya nabung buat pensiun, sebagian besar juga ngerasa takut kalau penghasilan mereka gak cukup, biaya kesehatan di masa tua bengkak, dan sosialisasi pensiun makin gak pasti. Kalau risiko masa depan besar dan kerasa abstrak, maka godaan buat menikmati hidup sekarang dengan liburan, terasa lebih pasti dan lebih terbayarkan. Masa depan yang gak pasti ini bikin orang kelas menengah lebih milih ngerasain kebahagiaan hari ini daripada terus nunda demi masa depan yang belum pasti.
Nilai budaya dan simbol kelas menengah
Liburan keluarga udah lama jadi simbol gaya hidup kelas menengah. Kalau dulu kelas menengah pengen nunjukkin keberhasilan lewat mobil bagus atau rumah sendiri, sekarang liburan ke destinasi eksotis juga jadi bagian dari simbol keberhasilan. Bukan cuma soal foto-foto di Instagram, tapi secara psikologis liburan jadi sarana buat nunjukkin kalo keluarga punya kualitas hidup.
Kesalahan Finansial yang Sering Terjadi Berdasarkan Usia
Life-Cycle Hypothesis
Teori ekonomi life-cycle hypothesis (LCH) bilang kalo orang bakal nabung sedemikian rupa supaya konsumsi sepanjang hidupnya stabil, termasuk pas pensiun. Tapi, kenyataan sekarang agak meleset dari teori klasik tadi. Justru banyak orang kelas menengah milih nunda tabungan masa depan dan ngegantinya pake konsumsi subjektif yang ngasih kepuasan langsung. Kebutuhan emosional dan pengalaman hidup sekarang jadi lebih dominan.
Trade-off antara spontanitas sama disiplin finansial
Nabung buat pensiun butuh disiplin jangka panjang, sering kali ngorbanin keinginan buat nikmatin hidup sekarang. Harus nunda kepuasan itu berat buat banyak orang yang hidup di tengah ketidakpastian ekonomi dan tekanan sosial buat hidup maksimal. Sedangkan nabung buat liburan bisa terasa lebih fleksibel, jadwal lebih dekat, anggaran bisa dibuat lebih realistis, dan bisa dihitung sejauh mana keuntungannya.
Apa dampaknya kalau terus-terusan prioritasin liburan?
Bukan berarti menabung buat liburan itu salah. Justru kalau dilakukan dengan bijak, liburan bisa jadi penghilang stres dan memperkuat ikatan keluarga. Tapi kalau terus dilakuin tanpa perencanaan keuangan jangka panjang, beberapa risiko yang mungkin bakal muncul:
- Kekurangan dana darurat, kalo uang habis buat liburan, pas ada masalah mendadak kayak biaya kesehatan atau kebutuhan rumah tangga, bisa bingung nutupnya.
- Persiapan pensiun yang ketunda, tabungan pensiun yang terlambat ditabung, bisa menimbulkan beban di masa tua, terutama kalau kondisi ekonomi dan kesehatan gak mendukung.
- Gaya hidup inflation, semakin sering liburan atau konsumsi pengalaman mahal, ada risiko terbiasa di level tersebut dan susah buat nurunin konsuminya kalo penghasilan turun.
5 Aturan yang Bisa Jadi Acuan buat Cek Kesehatan Finansial
Bukan berarti warga harus pilih salah satu. Warga bisa nikmati hidup sekarang, sekaligus sedia dana masa depan, asalkan warga punya strategi yang bijak.
