
Pak pernah kagak, lagi goreng telur ceplok, terus anak nanya, “Ayah ini anak ayamnya mana?” Nah, loh, bingung sendiri jawabnya. Faktanya, telur yang biasa kita beli di pasar atau minimarket itu bukan hasil dari proses perkawinan ayam jantan dan betina. Alias telur-telur itu gak dibuahi.
Telur yang Kita Makan Itu Telur Apa?
Telur konsumsi yang kita makan sehari-hari, entah itu ayam negeri, ayam kampung, telur omega, atau telur puyuh kebanyakan adalah telur yang tidak dibuahi alias unfertilized egg. Artinya, itu telur yang keluar dari ayam betina tanpa pernah ketemu ayam jantan. Ayam betina bisa tetap bertelur secara rutin meski hidup sendiri seumur hidupnya, karena proses bertelur itu alami, bukan karena harus ada pejantannya.
Kok Bisa Ayam Betina Bertelur Tanpa Jantan?
Karena ayam punya siklus reproduksi sendiri, Pak. Mirip kayak menstruasi pada manusia, hanya saja bedanya, hasil dari siklus itu keluar dalam bentuk telur. Dan selama gak ada pejantan yang membuahi si telur, maka telur itu tidak akan menjadi embrio anak ayam. Itu kenapa telur konsumsi gak akan menetas, meskipun disimpan pakai lampu belajar seminggu penuh. Jadi tenang, Pak. Telur ceplok favorit kita itu bukan anak ayam yang gagal jadi.
Tapi Kalau Telur Dibuahi, Bisa Jadi Anak Ayam?
Betul. Telur yang sudah dibuahi oleh pejantan disebut telur fertil (fertilized egg). Kalau disimpan di suhu yang hangat dan kondisi ideal, telur ini bisa menetas dalam 21 hari jadi anak ayam. Biasanya telur fertil ini cuma dipakai untuk proses penetasan di peternakan ayam, bukan untuk dikonsumsi. Tapi kalo pun ada yang kebeli telur fertil di pasar, gak usah panik. Selama belum disimpan dalam suhu penetasan (inkubator), telurnya tetap aman buat dimasak.
Jadi, pas anak nanya, “Kenapa telur gak ada anak ayamnya?” Bapak bisa jawab santai, “Karena ayamnya sendirian, Nak, tapi tetep produktif."